Senin, 22 Oktober 2012

'Mesin Waktu' di Sawahlunto


img
Sammy Traveller - Kota Sawahlunto memiliki wisata tambang yang eksotis dan sarat sejarah pertambangan sejak 200 tahun silam. Berlibur ke Sawahlunto, seperti tertarik ke Indonesia ratusan tahun lalu.

Sawahlunto dikaruniai dengan batu bara yang melimpah. Inilah yang membuat para orang Belanda banyak membangun usaha batu bara di sana. Setidaknya ada 600 orang Belanda tinggal di kota itu pada masa penjajahan dan memengaruhi perkembangan bangunan di sana.

"Hampir seluruh bangunan yang ada di Sawahlunto bergaya barat, seperti bangunan yang ada di Belanda," tutur Walikota Sawahlunto, Amran Noor dalam acara jumpa pers Sawahlunto Kreatif di Gd Sapta Pesona Lt 17, Jl Medan Merdeka Barat.

Gereja, sekolah, gedung pemerintahan dibangun dengan arsitektur ala barat. Meski sudah dua ratus tahun berlalu, bangunan-bangunan tersebut masih dijaga hingga kini. Perawatan yang baik ini pun berbuah manis, karena sekarang Sawahlunto menjadi ajang wisata arsitektur sejarah, terutama bagi para pecinta wisata minat khusus.

"Ada juga yang bilang, Sawahlunto itu Belanda Kecil," lanjut Amran.

Selesai menikmati bangunan sejarah, masih ada wisata tambang yang menjadi andalan utama pariwisata di sana. Tambang-tambang mati di sini disulap menjadi tempat berlibur yang eksotik.

Melihat lorong-lorong bekas penambangan, sambil mendengarkan penjelasan dari sang pemandu wisata bisa membuat liburan terasa berbeda. Semakin dikembangkan, semakin banyak wisatawan yang tertarik berlibur ke sini.

"Tahun 2011, sudah ada 735 ribu wisatawan yang datang ke sini," lanjut Amran bangga.

Kota asal kereta api Mak Itam ini pernah hampir mati karena sudah habisnya sumber daya alam andalan yaitu batu bara. Tak habis akal, pemerintah setempat pun mencari cara untuk mengembalikan stabilitas. 

Beberapa hal di antaranya adalah dengan mengembangkan pariwisata dan kerajinan lokal. Beruntungnya, Sumatera Barat dianugerahi kesenian songket yang cantik dan kaya budaya.

Setelah menggalakkan kembali pembuatan songket, akhirnya ekonomi setempat mulai bisa bernafas dengan stabil. Berkembangnya kerajinan tenun songket juga berpengaruh pada bagian pariwisata. Turis yang datang ke sana menjadikan songket Silungkang sebagai buah tangan khas Sawahlunto.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda